Rabu, 21 November 2012

PERKELAHIAN ANTAR PELAJAR



Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya berperilaku baik dan mendapat banyak prestasi disekolahnya. Tetapi bagaimana jika anak tersebut malah melakukan hal yang memalukan, atau bahkan sampai melakukan tindak kejahatan. Hal memalukan dan merugikan yang sering dilakukan oleh para pelajar adalah tawuran. Banyak yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Kata siapa?

Tawuran atau yang kita bisa sebut sebagai perkelahian, sangat sering terjadi diantara pelajar. Bahkan, bukan hanya diantara para pelajar SMA, tetapi sudah sampai ke jenjang Universitas. Disebagian kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering sekali terjadi. Menurut data Bimmas Polri Metro Jaya di Jakrta misalnya, tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 da 230 kasus yang menewaskan 15 pelajarserta 2 anggota polri dan tahun berikutnya meningkat menjadi 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus. 

Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan didalam diri individu dan kondisi eksternal. Begitu juga dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya empat faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar, yaitu : 

1.      Faktor Internal
2.      Faktor Keluarga
3.      Faktor Sekolah
4.      Faktor Lingkungan

Pandangan umum terhadap penyebab perkelahian pelajar atau tawuran agak sedikit keliru. Sering dikatakan, pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah kejuruan, berasal dari keluarga yang ekonominya rendah. Namun dari data di Jakarta tidak mendukung akan hal tersebut. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian 77 diantaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya, ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga yang mampu. Tuduhan lain juga sering diberikan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan juga moral yang baik.


Nyatanya, penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama dikota besar seperti Jakarta, yang memiliki masalah yang sedikit kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan atau kurikulum yang padat, serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata kota. Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik. 

Cara Mencegah Tawuran Antar Pelajar :
1.      Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
2.      Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
3.      Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
4.      Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
5.      Tindakan kekerasan pasti akan menular, Pihak yang berwenang haruslah tegas memberikan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pelajar untuk hal-hal yang positif. Semoga dengan melakukan hal-hal yang posotif bisa menyadarkan mereka bahwa perkelahian tidak akan menguntungkan siapa-siapa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar