Sebuah perusahaan wajib memiliki budaya yang berorientasi pada pelanggan,
pemegang saham dan karyawan serta kepemimpinan manajerial di semua tingkatan agar
mampu mengungguli perusahaan yang tidak memiliki budaya semacam itu. Budaya
berorganisasi mampu berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja ekonomi jangka
panjang, dan bisa menjadi faktor kunci
yang menentukan sukses atau tidaknya perusahaan pada masa yang akan datang. Meski
sulit diubah, budaya berorganisasi bisa dibuat sedemikian rupa sehingga lebih
mendukung kinerja.
Budaya organisasi dapat membantu kinerja karyawan,
karena akan menciptakan suatu tingkat motivasi yang luar biasa bagi karyawan
untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang
diberikan oleh organisasinya. Nilai-nilai yang dianut bersama, membuat karyawan
merasa nyaman bekerja, memiliki komitmen dan kesetiaan serta membuat karyawan
berusaha lebih keras, dan member kepuasan terhadap kerja karyawan serta
mempertahankan keunggulan kompetitif.
Dalam mewujudkan budaya organisasi yang cocok
diterapkan pada sebuah organisasi, maka diperlukan adanya dukungan dan
partisipasi dari semua anggota yang ada dalam ruang lingkup organisasi
tersebut. Para karyawan membentuk persepsi keseluruhan berdasarkan
karakteristik budaya organisasi yang antara lain meliputi inovasi, kemantapan,
kepedulian, orientasi hasil, orientasi tim, perilaku pemimpin, karakteristik
tersebut terdapat dalam sebuah organisasi atau perusahaan mereka. Persepsi
karyawan mengenai kenyataan terhadap budaya organisasinya menjadi dasar karyawan
berperilaku. Dari persepsi tersebut memunculkan suatu tanggapan berupa dukungan
pada karakrteristik organisasi yang selanjutnya mempengaruhi kinerja karyawan (
Robbins; 1996).
Pada tahun 2002 dalam sebuah hasil analisis
menunjukkan bahwa keseluruhan variabel budaya organisasi (inovasi, kemantapan,
kepedulian, orientasi hasil, perilaku kepemimpinan, orientasi hasil dan
orientasi tim) baik secara bersama-sama maupun perseorangan mampu memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
Hal yang sama dikatakan pada hasil penelitian
Chatman dan Bersade (1997) dalam Sutikno (2006) yang mengungkapkan bahwa budaya
organisasi yang kuat dapat membantu kinerja karyawan dan kinerja perusahaan,
karena akan menciptakan sesuatu yang luar biasa dalam diri karyawan, dan memberikan
struktur dan kontrol yang dibutuhkan tanpa harus bersandar pada birokrasi yang
formal dan kaku, yang dapat menekan tumbuhnya motivasi dan inovasi karyawan.
Menurut Schein (1996) kegagalan yang paling mencolok
dari sistem penilaian kinerja adalah karena sistem yang sangat sederhana tidak
mengakui realitas pekerjaan dan budaya organisasi. Seharusnya, penilaian
kinerja dikaitkan dengan budaya organisasi sehingga dapat digunakan sebagai
alat untuk mengungkapkan seberapa baik karyawan berkinerja sesuai dengan budaya
organisasi. Sistem penilaian kinerja dapat membantu menemukan dan merumuskan
aspek-aspek penting dari budaya dengan spesifikasi perilaku dan kompetensi yang
diperlukan untuk menyumbang keberhasilan organisasi, unit, kelompok, atau
posisi. Jadi, sistem penilaian yang baik seharusnya digunakan sebagai alat
untuk mengungkapkan, mempengaruhi dan memperkuat budaya organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar