CANDI BOROBUDUR
Deskriptif
Candi Borobudur merupakan karya seni yang luar biasa
yang dipercaya merupakan kelanjutan unsur lokal, struktur megalitik punden berundak atau piramida bertingkat yang ditemukan dari
periode prasejarah Indonesia. Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur
menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana yang secara bersamaan
menggambarkan kosmologi yaitu konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam
pikiran dalam ajaran Buddha.
Borobudur
amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak dibangun di atas
permukaan datar, tetapi di atas bukit alami. Akan tetapi teknik pembangunannya
serupa dengan candi-candi lain di Jawa. Borobudur tidak memiliki ruang-ruang
pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang
merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi
tingkat demi tingkat. Secara umum rancang bangunan Candi Borobudur mirip dengan
piramida berundak. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan
upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Struktur bangunan dapat dibagi atas tiga bagian:
dasar (kaki), tubuh, dan puncak. Dasar atau kaki candi berukuran 123×123m dengan
tinggi 4meter. Tubuh candi terdiri atas lima batur teras bujur sangkar yang
makin mengecil di atasnya. Teras pertama mundur 7 meter dari ujung dasar teras.
Tiap teras berikutnya mundur 2 meter, menyisakan lorong sempit pada tiap
tingkatan. Bagian atas terdiri atas tiga teras melingkar, tiap tingkatan
menopang barisan stupa berterawang yang disusun secara konsentris. Terdapat
stupa utama yang terbesar di tengah dengan pucuk mencapai ketinggian 35 meter dari
permukaan tanah. Tinggi asli Borobudur termasuk chattra (payung susun tiga)
yang kini dilepas adalah 42 meter. Tangga terletak pada bagian tengah keempat
sisi mata angin yang membawa pengunjung menuju bagian puncak monumen melalui
serangkaian gerbang pelengkung yang dijaga 32 arca singa. Gawang pintu gerbang
dihiasi ukiran Kala pada puncak tengah lowong pintu dan ukiran makara yang
menonjol di kedua sisinya. Motif Kala-Makara lazim ditemui dalam arsitektur
pintu candi di Jawa. Pintu utama terletak di sisi timur, sekaligus titik awal
untuk membaca kisah relief. Tangga ini lurus terus tersambung dengan tangga
pada lereng bukit yang menghubungkan candi dengan dataran di sekitarnya.
Eksposisi
Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100km di
sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini
didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar
tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar
di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.
Asal mula nama Borobudur tidak jelas, meskipun
memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui. Nama
Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya
Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen
yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa
kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin
merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca
pada 1365. Nama Bore-Budur, yang
kemudian ditulis BoroBudur,
kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa
terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candi memang
seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga
menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti
"purba"– maka bermakna, "Boro purba". Akan tetapi arkeolog
lain beranggapan bahwa nama Budur
berasal dari istilah bhudhara yang
berarti gunung.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk
mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat
pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis
memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra
bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan
raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti
Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk
memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal,
bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa
Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi
Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan
kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur
Referensi :
http://rezkiiqkye.blogspot.com/2013/10/perbedaan-narasi-deskripsi-eksposisi.html
http://sinuraya31.blogspot.com/2013/06/karanagan-narasi-dan-deskripsi-memori.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar